Categories

Selasa, 10 Februari 2015

Genggaman




Aku, dalam kaca retak.
Kurasakan sentuhanku didalamnya....
aku tidak utuh lagi.
entah kemanana batinku bersinergi...
Lama sekali aku membiarkannya Pecah membucah.
Aku telah mengurungnya sedemikian kuat.
ku pastikan ia aman untuk belajar berdamai...
tapi sungguh itu menyiksaku!




Kembalilah ruh halus yang  tak bisa ku genggam...
Jika kau tak enggan ku genggam maka genggamlah aku...
genggamlah janjiku...
Sebelum tanganku tersayat retakan kaca yang ku tatap dengan pandangan kosong ini.
atau aku harus menggenggam pecahan kaca?
dengan luapan darahku yang melumuri pecahan tajam ini
aku tetap tidak yakin jika aku telah menggenggammu!
Kau adalah darah yang sempurna dengan merah warnamu...
maka genggamlah janjiku...
Tak akan ada lagi permainan untuk perasaanmu.
Kau bukanlah kelemahan hingga dapat ditindas oleh cinta yang mengatasnamakan kesucian.
Kau bukanlah kekerasan yang dapat dipatahkan oleh cinta yang menjelma dengan simbol keagungan.
Kita akan mendapatkan apa yang pantas dimiliki
Jika yang kau kejar adalah cinta yang tak pernah bersyarat.
Maka saat itulah aku membangun mentalku untuk berani mengajukan berbagai syarat.
Jika yang tak bisa kau relakan adalah cintaku yang mutlak dengan harga mati...
Maka aku akan mendewakan kesempurnaan yang tak pernah berani untuk sekedar ku mimpikan.
Duhai... ruh halus yang tak dapat ku rengkuh....
Rengkuhlah aku di tengah sujudku
Aku rindu kemesraan kita menghadap sang Gustiku...