Categories

Senin, 15 Februari 2021

Ingatanku

Hari ini, kenangan mu melintas lagi, sejak pagi, bayanganmu memenuhi isi kepalaku. Di tengah kerepotan pagi hari, masa lalu menyabotase aktivitas memasak, berbagai lamunan diam-diam mencuri celah; saat memotong sayuran, memeras santan kelapa, memegang sendok hendak menabur garam, ditengah  menunggu sayur mendidih, berjalan mondar-mandir hingga lupa-lupa ingat apa yang harus kulakukan tadi? Ah... Aku tergiring untuk mengingat kembali, saat kau memilih berpisah, iya... Itu salahku. Jauh sebelum itu, yang kali ini aku baru menyadari; Kau telah banyak memberi kode tapi aku tak pernah serius menanggapi. Di situ kah letak keraguanmu padaku? 

Kau pasti tahu... Aku selalu malas saat kau membicarakan pembahasan yang lebih serius. Kau tak pernah berhasil menembus dinding tabiat ketertutupan ku. Aku memang mencintaimu dengan cara yang rumit dan tidak masuk akal. Tapi apakah kau tau alasan dari semua itu? Di samping aku mencintaimu, aku pun mengagumimu dengan teramat sangat... Kekaguman itulah yang membangun dinding kokoh itu; semakin aku kagum, semakin tak mungkin dinding itu kau tembus... 

Kau sadar bukan?, aku tidak pernah mengenalkan diriku secara keterbukaan. Kau mengenalku hanya dengan kira-kira. Aku layaknya buku yang tak pernah habis kau baca dengan teka-teki, bahasa yang tertulis tak kongkrit dan tak lugas. Sedangkan aku hanya pasrah mempersilahkan kau membaca lembar demi lembar kepribadian ku dengan makna sebebas apa yang kau tafsirkan. 

Apakah kau tahu? Perasaanku waktu itu; aku selalu terbuai saat kau dengan manisnya menelepon ku tiap malam tanpa bosan. Aku selalu bahagia saat kau dengan cerewetnya bercerita hal-hal konyol dan tak penting yang sekedar ingin memecah keheningan jarak kita, Aku selalu terkesima saat kau dengan bijaknya menyampaikan pengalaman atau sekedar pengamatan yang informatif, ilmiah maupun inspiratif, aku selalu gemas saat kau dengan sabarnya memberi ku pertanyaan-pertanyaan penuh selidik meski seringkali aku menjawabnya usil, singkat sama sekali tak menarik, dan saat kau kehabisan pembahasan, aku tetap lebih nyaman menutup mulut, memanjakan telingaku dengan mendengar gumam nyanyian mu yang tak berlirik, nada-nada sedikit rancu karena memang suara mu tak begitu merdu. Aku... tak pernah bosan meski kau telah kehabisan pembahasan. 

Dan sayangnya, aku harus mengakui; Aku memang pasif, di situ kah letak kebosanan mu padaku?

Kau tahu? Dari hidupku tidak ada yang menarik dan mengagumkan untuk diceritakan, selain memedihkan mungkin mengerikan adalah bahasa yang hampir lebih tepat untuk mengidentitaskan kisah hidupku. Aku khawatir kau tak suka dengan kehidupanku, aku takut kau tak mau menerima apa adanya aku, atau justru kau malah tak memihak semua respon dan kesimpulanku menyikapi takdirku. 

Kau tahu? Dengan diam mendengar suaramu Hatiku lebih menemukan kenyamanan yang intim, hingga tak perlu lagi ada masalah yang harus ku ceritakan meski aku sedang dirundung beban yang seharusnya layak untuk aku keluh kesahkan. Cukup kau menelpon ku. Itu saja...  Seketika aku akan lupa semua gelombang ujian yang tengah menerpa.

Dan... 

Apakah kau tau? Hingga saat ini ingatanku masih merekam semua romansa waktu itu. Kau tetap menjadi inspirasi hingga saat ini.

Mungkin, Takdir memang tidak memihak ku sebagai wanita yang pantas hidup bersamamu. Tapi, kenangan bersamamu banyak membimbingku untuk tetap bahagia meski saat ini bukan kau yang mengisi hari-hari ku. Terima kasih... Ingatanku selalu sehat di kala aku mengingatmu.

--------------💕