Categories

Selasa, 22 April 2014

Hujan Abu


Terangnya tak lagi cerah

Cahaya...

Ke mana kau hilang?

Untuk apa atau siapa kau berkurang?

Peluh yang simpuh belum rapuh

serpihnya makin emas

Namun bukan kristal

Yang kilapnya makin kilat dalam pekat

 

Tabur abu bersama udara

Angin menghentak lalu serbak

Hujan abu...

Sendu kelabu...

Nyaris buta tanpa cahaya.

Makin senyap makin gelap

Kelam membenamku suram.

Namun,

Aku tetap mencintai malam...

Menggenggam noktah-noktah kerinduan.


16.02.2014


Senin, 21 April 2014

Teori Evolusi dan Fakta Penciptaan


  1. Munculnya teori evolusi.
    Teori evolusi merupakan sebuah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat materialistis kuno.Dan kemudian menyebar luas pada abad ke-19.Paham materialisme berusaha menjelaskan alam semata melalui faktor-faktor materi.Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tidak hidup, mucul tidak melalui penciptaan.Tetapi hanya dari sebuah peristiwa kebetulan.Yang kemudian mencapai kondisi teratur.
    Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan karakteristik paling mendasar akal manusia ini, memunculkan “Teori Evolusi” ditengah abad ke-19,yang telah diprakarsai oleh Charles Robert Darwin. Ia mempublikasikan teori Evolusi ini dalam sebuah buku yang berjudul "TheOrigin of Species byMeans of Natural Selection  pada tahun 1859, meski dia bukan naturalis yang pernah mengenyam pendidikan formal dibidang biologi akan tetapi ia memang memiliki ketertarikan yang tinggi pada alam dan makhluk hidup, niat tersebut mendorongnya untuk bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran sebuah kapal bernama H.M.S Beagle,yang berangkat dari inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Terlahirnya Teori Evolusi ini juga mendapat kekuatan dari para ahli biologi Materialis terkenal pada zamannya sehingga berhasil dianggap sebagai penemuan yang cukup ilmiah dan Monumental.
     

  • Dasar pemikiran Teori Evolusi
    Teori evolusi mengatakan bahwa cikal bakal kehidupan adalah berasal dari asam Amino yang dapat muncul secara kebetulan. Asam Amino dapat membentuk diri sendiri dalam kondisi bumi purba dalam arti lain makhluk hidup berasal dari benda mati dan bukan unsur penciptaan.
    Selain Evolusi membahas tentang bagaimana asal mula munculnya makhluk hidup dibumi, Teori Evolusi juga mengemukakan proses perkembangan makhluk hidup yang diperkirakan bahwa semua nenek moyang makhluk hidup adalah sama, pembentukan – pembentukan dari bermacam makhluk hidup terjadi melalui proses seleksi alam.
    Dalam pengamatan darwin pada burung-burung yang memiliki paruh berbagai variasi, ia menduga bahwa variasi paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini darwin menyimpulkan bahwa asal mula kehidupandan spesies-spesies berdasar pada konsep ”Adaptasi terhadap lingkungan”. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi terhadap habitat mereka dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan berakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya. Menurut darwin manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini.[1]
    Yang lebih ekstrim lagi, Darwinisme menyatakan bahwa manusia modern sekarang ini berevolusi dari makhluk serupa kera. Menurut mereka, selama proses evolusi yang diperkirakan berawal dari 4-5 juta tahun yang lalu.terdapat beberapa bentuk transisi antara manusia modern dan nenek moyangnya. Menurut mereka terdapat empat kategori dasar manusia yang berevolusi dari makhluk serupa kera :[2]

  1. Australopithecus, “jenis kera dari afrika selatan”.
  2. Homo habilis,”kera yang dapat berjalan tegak”.
  3. Homo erectus, “ras manusia kuno”.
  4. Homo sapiens, “yang diungkapkan sama persis dengan kita”.

Evolusionis menyebutkan nenek moyang pertama manusia adalah  kera sebagai Australopithecus, kemudian menggolongkan tahap evolusi manusia berikutnya sebagai homo yang berarti manusia, menurut pernyataan evolusionis kelompok homo lebih maju dibandingkan dengan Australopithecus dan tidak terlalu berbeda dengn manusia modern.

  1. Runtuhnya Teori Evolusi
    Gagasan Darwin dari pernyataan-pernyataan yang telah dianggap sebagai landasan ilmiyah mulai mengalami keterpurukan setelah berbagai penelitian yang di lakukan membuahkan hasil yang mengecewakan, munculnya teori evolusi mungkin terlalu tergesa untuk diterima dan diyakini sebelum adanya bukti yang kuat dan abasah.Gagasan Darwin yang fantastis ini menjadi sangat popular terutama disebabkan belum memadainya tingkat pengetahuan itu untuk mengungkapkan kekeliruan imajinasi Darwin. Saat Darwin mengajukan asumsinya  disiplin ilmu genetika, mikrobiologi, dan biokimia belum ada, jika disiplin ilmu ini telah ada , Darwin akan dengan mudah mengetahui bahwa teorinya benar-benar tidak ilmiyah.
     

  • Munculnya Hukum Genetika

      Ketika teori evolusi berkumandang pada perenpat pertama abad ke-20, teori ini justru disangkal dengan munculnya hokum Genetika yang dipelopori oleh seorang  ahli botani Austria bernama  Grogor Mendel, beberapa waktu kemudian, strukrur gen ditemukan, pada tahun 1950-an penemuan struktur molekul DNA yang berisi informasi genetic menyatakan asal usul informasi dalam DNA yang berjumlah luar biasa tidak mungkin dijelaskan  dengan peristiwa kebetulan.

  • Catatan Fosil.
    Catatan fosil merupakan sumber utama bagi pencari bukti teori evolusi.Ketika di telaah secara teliti dan tanpa praduga, catatan lebih menynggah teori evolusi dari pada mendukungnya.
    Menurut teori evolusi transisi bertahap dari satu spesies ke spesies lain dalam jangka waktu jutaan tahun seharusnya pernah terdapat banyak organisme hidup yang disebut bentuk transisi selama periode perubahan yang panjang, seharusnya bentuk transisi dari satu mahluk hidup ke mahluk hidup lain dapat kita temukan dimana-mana, malah jika benar jumlah bentuk transisi akan jauh lebih banyak dibandingkan dengan spesies binatang sempurna masa kini.
    Beralih pada gagasan evolusionis yang menolak unsur penciptaan, ketika catatan fosil dipelajari, justru penemuan-penemuan berkata lain, bahwa semua mahluk hidup muncul secara bersamaan dan dalam bentuk kompleks, sehingga literature geologi mmenyebut kejadian ajaib ini sebagai “ Ledakan kambrium” (Cambrian explosion)[3] Lapisan bumi tertua tempat fosil-fosil mahluk hidup ditemukan adalah kambrium yang diperkirakan berusia 530-520 juta tahun, mahluk hidup ditemukan muncul tiba-tiba, bersamaan dan tanpa nenek moyang yang hidup sebelumnya.
     
  • Rekostruksi dan pemalsuan fosil.
    Mengenai pembahasan mitos evolusi manusia perlu disebutkan metode propaganda yang telah meyakinkan mayarakat umum tentang gagasan bahwa pada masa lampau pernah ada mahluk separuh manusia dan separuh kera. Metode propaganda ini menggunakan metode  “rekonstruksi” yaitu penyusunan kembali fosil-fosil dengan pembuatan gambar-gambar atau model manusia yang hanya didasarkan pada sepotong tulang yang berhasil ditemukan.
    Rekonstruksi seperti ini disusun berdasar sisa-sisa tulang sehingga metode ini dapat mengungkapkan karakteristik yang sangat umum dari obyek-obyek tertentu karena penjelasan terperinci sesungguhnya terletak pada jaringan lunak yang cepat sekali hancur, sehingga penafsiran terhadap jaringan linak, gambar atau model rekonstruksi menjadi sangat tergantung pada imajinasi pembuatnya.
    Gagasan ini sangat tidak masuk akal sehingga untuk satu tengkorak yang sama, mereka bahkan menghasilka wajah yang berbeda. Satu contoh terkenal dari penipuan semacam ini adalah tiga gambar rekonstruksi berlainan yang di buat untuk satu fosil bernama autralophitecus robustus (zinjanthropus), dari tiga gambar ini yang pertama, di muat di Sunday times, 5 april 1964.Kedua, lukisan Maurice Wilson.Ketiga, rekonstruksi oleh N. Parker di National geographics, September 1960.[4]
    Selain melalui metode rekonstruksi ini evolusionis nekat melakukan pemalsuan fosil untuk meyakinkan  masyarakat bahwa teori-teori yang telah di angkat mereka adalah benar.
    Charles Dawson, seorang terkenal yang juga ahli paleoantropologi amatir menyatakan bahwa ia menemukan tulang rahang dan fragmen tengkorak di dalam sebuah lubag di Piltdown, inggris, pada tahun 1912. Tulang rahang tersebut lebih mirip kera tetapi gigi dan tengkoraknya seperti milik manusia.Pada tahun 1949, para ilmuan mengdakan pengujian atas fosil ini sekali lagi dan menyimpulkan bahwa fosil tersebut merupakan penipuan yang disengaja yang terdiri dari tengkorak manusia dan rahang orang utan. Dalam analisis ini di lakukan oleh Oaklely, Weiner, dan Clark kemudian di umumkan pula oleh mereka pada tahun 1953.[5]
     
  • Australopithecus dan Seri Homo.
    Mengungkit teori evolusi yang menyatakan manusia merupakan hasil terbaik proses evolusi yang diawali nenek moyang berupa keramerupakan imajinasi, Australopithecus dan seri Homo (Homo habilis, homo erectus, dan homo sapiens) bukan silsilah proses evolusi melainkan muncul tiba-tiba dalam bentuk sempurna melalui penciptaan sendiri-sendiri. Australopithecus yang berarti “kera afrika selatan“ hanyalah spesies kera kuno yang telah punah, dan memiliki beragam tipe. Sedangkan seri homo adalah benar-benar manusia, Mahluk-mahluk hidup ini adalah manusia yang tidak berbeda dari manusia modern, tetapi memiliki beberapa perbedaan rasial.
    Susunan rantai sebagai tahapan proses evolusi; Australopithecus > Homo habilis > homo erectus > homo sapiens dinyatakan salah setelah para ahli paleoantropologi mengungkapkan bahwa  Australopithecus, homo habilis dan homo erectus hidup di belahan bumi berbeda dalam masa yang sama. Situasi ini jelas menunjukkan ketidakabsahan teori evolusi yang menyatakan bahwa mereka adalah nenek moyang bagi yang lain.
     

  1. Fakta Penciptaan.
    Sebenarnya untuk melihat fakta penciptaan oleh Allah SWT.tidak perlu melihat hasil penelitian-penelitian yang rumit dari laboratorium ataupu penggalian geologis. Tanda-tanda kebijaksanaan yang luar biasa tampak pada setiap mahluk yang kita lihat.[6]
    Kita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun imsn ysng enam, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa al-qur’an adalah satu-satunya literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan.
    “kitab (alqur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa yaitu mereka yang beiman kepada yang ghoib…..” (QS. Al- Baqarah(2):2-3)
    Tahap kejadian manusia :

  1. Proses kejadian adam
    Didalam alqur’an dijelaskan bahwaadam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering, setelah sempurna maka oeh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh allah didalam firman-Nya:
    “yang membuat sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah :27)
    Dalam sebuah hadits rosulullah SAW bersabda :
    “sesungguhnya manusia itu berasal dari adam dan adam itu diciptakan dari tanah”. (HR. Bukhari)
  2. Proses kejadian hawa
    Adapun proses kejadian hawa ini telah dijelaskan dalam firman Allah dalam surat An Nisa’ ayat 1, yaitu:
    “hai sekalian manusia, bertaqwalah pada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak…..” (QS. An Nisaa’: 1)
    Dalam sebuah hadits Rosulullah yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim
    “maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk adam” (HR. Bukhari- Muslim)
  3. Proses kejadian keturunan adam
    Dalam proses kejadian anak turun adamselain dapat ditinjau menurut al-qur’an dan al-hadits dapat pula ditinjau secara medis.
    Didalam Al- Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dijelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
    “dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia itu dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan ia makhluk yang berbentuk lain. Maka maha sui Allah, pencipat yang paling baik.” (QS. Al-Mukminun: 12-14)
    Kemudian dalam salah satu hadits rosulullah SAW bersabda :
    “…sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula dijadikan segumpal darah.Kemudian selama itu pula dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan atau menetapakan empat kalimat (macam): rezekinya, ajal(umurnya), amalnya dan baik buruk (nasibnya)” (HR. Bukhori- Muslim)[7]
    Akhirnya Al-Qur’anlah yang mampu memberi jawaban atas pertanyaan, “darimana manusia berasal?”,”bagaimana manusia diciptakan?”,”bagaimana ia berkembang sehingga memiliki daya dan keagungan rohani yang membedakannya dengan makhluk lain?”.
    Sejak 14 abad yang lalu, Al-Qur’an telah menegaskan bahwa manusia bukanlah bukanlah keturunan kera. Manusia pertama (adam) diciptakan oleh Allah dari tanah. Manusia terdiri dari materi dan ruh.[8]



[1]Harun yahya, pustaka sains populer islami jilid 1. Hal 16(2011)
[2] Ibid, hal 77
r Ibid, hal 37
[4] Ibid, hal  63
[5]Harun Yahya,  Pustaka Sains Populer Islami, jilid 10, hal 115.(2011)
[6] ibid
[7] http://www.f-adikusumo.staff.ugm.ac.id
[8] Drs. Mawardi, Ir. Nur hidayati, IAD-ISD-IBD, bandung; pustaka setia.2011. Hal 60

Peran dan Urgensi Filsafat Pendidikan Islam


  1. PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Filsafat pendidikan islam sebagai  bagian atau komponen dari suatu system, ia memegang dan mempunyai peranan tertentu pada system dimana ia merupkan bagiannya. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, maka ia berperan  dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. Filsafat pendidikan islam, sebagai bagian dari filsafat islam dan sekaligus juga sebagai bagian dari ilmu pendidikan. Dengan demikian, Filsafat pendidikan islam berperan dalam mengembangkan filsafat islam, dan memperkaya  Filsafat islam dengan konsep-konsep dan pandangan-pandangan filosofis dalam bidang kependidikan. Dan ilmu pendidikan pun akan dilengkapi dengan teori-teori kependidikan yang bersifat filosofis islami.
Secara praktis (dalam prakteknya), filsafat pendidikan islam banyak berperan dalam memberikan alternative-alterntif pemecahan berbagai macam problem  yang dihadapi  oleh pendidikan islam.[1]
  1. Pertama tama filsafat pendidikan islam menunjukkan problema yang dihadapi oleh pedidikan islam, sebagai hasil dari pemikiran yang mendalam dan berusaha memhami duduk masalahnya. Dengan analisa filsafat, maka filsafat pendidikan islam bisa menujukkan alterntif-alternatif  pemecahan masalah tersebut. Setelah melalui  proses seleksi terhadap alternative-alternatif tersebut, yang mana yang paling efektif, maka dilaksanakan alternative tesebut dalam praktek kependidikan.
  2. Filsafat pendidikan islam, memberikan pendidikan tertentu tentang manusia (menurut islam). Pandangan tentang hakikat manusia tersebut berkaitan dengan tujuan  hidup manusia dan sekaligus juga merupakan tujuan pendidikan islam menurut islam. Filsafat pendididikan berperan untuk menjabarkan tujuan umum pendidikan islam tesebut dalam bentuk-bentuk tujuan  khusus  yang operasional. dan tujuan yang oprasional ini berperan untuk mengarahkan secara nyata gerak dan aktivitas pelaksanaan pendidikan.
  3. filsafat pendidikan dan analisanya terhadap hakikat hidup dan kehidupan manusia, berkesimpulan bahwa manausia memiliki potensi pembawaan yang harus ditumbuhkan dan diperkembangkan. filsafat pendidikan menunjukkan bahwa potensi pembawaan manusia tidak lain adalah sifat-sifat Tuhan, atau Al-asma' al-husna, dan dalam mengembangkan sifat-sifat Tuhan tersebut dalam kehidupan kongkrit, tidak boleh mengaraah pada menodai dan merendahkan nama dan sifat-sifat Tuhan tersebut. hal ini akan memberikan petunjuk pembinaan kurikulum yang sesuai dan pengaturan lingkungan yang diperlukan.
  4. Filsafat pendidikan islam, dalam analisanya terhadap masalah-masalah pendidikan islam masa kini yang dihadapinya akan dapat memberikan informasi, apakah proses-proses pendidikan islam yang berjalan selama ini mampu mencapai tujuan pendidkan islam  yang ideal, atau tidak. dapat merumuskan dimana letak kelemahannya, dan dengan demikian bisa memberikan alternatif-alternatif perbaikan dan pengembangannya.
Dengan demikian peranan filsafat pendidikan islam, menuju kedua arah, yaitu ke arah   pengembangan konsep-konsep filosofis dari pendidikkan islam, yang secara otomatis akan menghasilkan teori-teori baru dalam ilmuu pendidikan islam, dan kedua kearah perbaikan dan pembaharuan praktek dan pelaksanaan pendidikan islam.
Sedangkan peran filsafat pendidikan secara umum memiliki fungsi peranan yang sekurang-kurangnya dibedakan kedalam empat hal utama. Keempat hal tersebut antara lain adalah menginspirasikan, menganalisis, mempreskiptifkan, dan menginvestigasi.
  1. Filsafat pendidikan menjadi ruang inspirasi, khususnya bagi para pendidik dalam melaksanakan ide-ide tertentu dalam pendidikan.
  2. Peran analisis. Dalam peran ini Filsafat pendidikan berarti memeriksa secara teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya.
  3. Filsafat pendidikan memiliki makna preskriptif atau memberi pengarahan kepada pendidik dalam soal apa dan mengapa pendidikan itu.
  4. Peran investigatife. Disini filsafat pendidikan memeriksa atau mengkaji kebenaran suatu teori pendidikan.
     
  1. URGENSI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
            Setelah kita bahas tentang peranan filsafat pendidikan islam selanjutnya kita beralih pada pembahasan tentanng urgensi mempelari filsafat pendidikan islam. Secara umum George R. Knight menuturkann empat urgensi mempelajari filsafat pendidikan. Yaitu:
  1. Membantu para pendidik menjadi paham akan persoalan-persoalan mendasar pendidikan.
  2. Memumgkinkan para pendidik untuk dapat mengevaluasi secara lebih baik mengenai tawaran-tawaran yang  merupakan solusi bagi persoalan-perssoalan tersebut.
  3. Membekali para pendidk berfikir klarifikatif tentang tujuan-tujuan hidup dan pendidikan.
  4. Memberi bimbingan dalam mengembangkan suatu program pendidikan yang berhubungan secara realistik dengan konteks dinia global yang lebih luas. [2]
Al-Syaibani secara khusus menjelaskan bahwa mempelajari filsafat pendidikan islam memiliki beberapa kegunaan sebagai berikut.
  1. Filsafat pewndidikan dapat membantu para perencana dan pelaksana pendidikan untuk membentuk suatu pemikiran yang sehat  tentang pendidikan.
  2. Filsafat pendidikan islam merupakan asas bagi upaya menentukan berbagai kebijakan pendidikan.
  3. Filsafat pendidikan islam dapat dijadikan asas bagi upaya menilai keberhasilan belajar.
  4. Filasafat pendidkan dapat dijadikan sandaran intelaktual bagi merecika yang berkecimpung dalam dunia praksis pendidikan. Sandaran ini digunakan sebagai bimbingan ditengah-tengah maraknya berbagai aliran atau sistem pendidkan yang ada.
  5. Filsafat pendidikan islam dapat dijadikan dasar bagi upaya pemberian pemikiran pendidikan dalam hubungannya dengan masalah spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi,dan politik.[3]


 [1] Zuhairini. Dkk.,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,2008)Hal.134-136.
[2] Toto Suharto, Filsafat Pendikan islam, (Jogjakarta: Ar-ruzz media, 2011). Hlm. 43
[3] Ibid, hlm 44-45.

Jumat, 04 April 2014

Visi Pendidikan Abad 21


  1. Visi Pendidkan Abad 21 Menurut UNESCO.
    Dalam pelaksanaan, maka proses pendidikan Agama Islam di lingkungan keluarga maupun sekolah berlangsung antara orang-orang dewasa yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan agama dan anak-anak sebagai sasaran pendidikan. Dalam pelaksanaannya, pendidikan semestinya memiliki tujuan yang menjadi kiblat dalam proses pelaksanaan belajar mengajar yang telah di sesuaikan dengan pertimbangan sebagaimana era globalisasi sa’at ini.
    Kiranya sangat perlu bagi seorang pendidik untuk mengetahui Visi Pendidikan menurut UNESCO yang telah di setting menjadi formulasi yang relevan bagi pendidikan untuk menghadapi kuatnya persaingan peradapan  abad 21 ini. Adapun Visi Pendidikan abad 21 menurut UNESCO memiliki empat pilar[1]:

  1. Learning to Think atau Learning to Know (Belajar Bagaimana Berfikir atau Belajar Mengetahui).
  2. Learning to Do (Belajar Hidup atau Belajar Bagaimana Berbuat atau Bekerja).
  3. Learning to Be (Belajar Bagaimana Tetap Hidup atau Sebagai Dirinya).
  4. Learning to Life Together (Belajar untuk Hidup Bersama).

  1. Keterkaitan Visi Pendidikan Abad 21 Menurut UNESCO dengan Ajaran Islam.

Jika nilai-nilai universal yang mempunyai akar landasan dari ajaran agama tidak di amalkan oleh pemeluknya berarti ada sesuatu yang salah. Mungkin metode pengajarannya atau bahkan pemahamannya sehingga perlu diinterpretasikan ke dalam ajaran islam.

Berikut adalah uraian keterkaitan empat dasar visi UNESCO tersebut sebagai berikut:

  1. Learning to Think atau Learning to Know (Belajar Bagaimana Berfikir atau Belajar Mengetahui).
    Dalam kaitan ini banyak ayat al-Qur’an menekankan derajat akal, intelektualitas dan proses berfikir, bersikap dan berbuat dengan iman dan amal saleh. Antara lain al-Qur’an sering menyebut ulul albab dan ulul abshor yaitu orang-orang yang berfikir dan mempunyai ilmu pengetahuan yang tentunya tidak terlepas dari keesaan dan kebesaran Allah SWT.[2]
    Allah SWT senantiasa mengajak manusia untuk berfikir, merenungkan kehidupan dan alam semesta. Sebagaimana firman-Nya:
    ž
    Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imron: 190-191).

Dari ayat tersebut Nampak bahwa Allah SWT menganjurkan manusia untuk menggunakan akal budi dan pikirannya dengan baik dalam memahami berbagai realitas kehidupan dan alam semesta, yang nantinya akan kembali kepada suatu pertanggungjawaban manusia terhadap hidup dan kehidupannya di akhirat.[3]

  1. Learning to Do (Belajar Hidup atau Belajar Bagaimana Berbuat atau Bekerja).

Agama islam banyak menyebutkan perintah Allah kepada hambanya agar beramal lebih sholeh (perbuatan atau karya yang baik) adalah salah satu syarat agar seseorang tidak berada pada tempat yang paling rendah. Sebagaimana firman Allah:
 

Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.(QS. At-Tiin:5-6)

Yang dimaksud tempat yang paling rendah disini adalah neraka dan hanya orang-orang yang mengerjakan amal saleh yang akan terjaga dari siksa-Nya. Maka jelasnya islam menghimbau kita untuk berbuat kebajikan agar menjadi manusia yang mulia di sisi-Nya.

Jadi Learning to Do dalam konteks ini perlu dipahami dalam konteks bekerja atau beramal sekaligus menjadikan motivasi dan menjadi factor yang dinamis untuk bekerja. [4]

3. Learning to Be (Belajar Bagaimana Tetap Hidup atau Sebagai Dirinya).

Untuk dapat tetap hidup diperlukan pula “tahu diri”. Dalam bahasa agama kita hal ini memghasilkan sikap tahu diri, sikap memahami diri sendiri, sadar kemampuan diri sendiri dan nantinya akan menjadikan dirinya mandiri. dengan demikian seorang yang telah menjalankan hal ini akan terhindar dari sikap dengki, hasut, serakah, dan sikap radza’il (perilaku tercela). Dengan demikian karena tahu diri ia akan menghindarkan diri dari sikap ketergantungan kepada orang lain dan sesamanya.[5] Karena setiap kepunyaan manusia adalah ketentuan yang telah direncanakan Allah. Sebagaimana Firman-Nya:

 

Dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.(QS. Asy-syura: 27).

Setiap keadaan hamba-hamba Allah tidaklah lepas dari kehendak-Nya yang telah disesuaikan dengan ukuran kemampuan dan keadaannya, berangkat dari sinilah manusia harus menyadari akan ketentuan apa yang telah menjadi bagian  jatah pada diri masing-masing dan solusi atas segala apa yang ia hadapi adalah terdapat pada dirinya sendiri jika ia mau melapangkan waktu untuk berfikir dan menyadari. Karena Allah pun  telah berfirman:
 

 Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (QS. Al-Baqoroh: 286)

Yang paling utama bagi ajaran islam ialah mengenai kesadaran hubungan manusia dengan tuhannya, pengabdian yang dilaksanakan manusia selaku hambanya hendaknya berlandaskan pada sikap keikhlasan, yang tumbuh dari hati nurani dan atas dasar kesadaran diridan kebutuhan manusia itu sendiri untuk selalu mengabdikan diri kepada Allah.[6]

Maka dari itu pendidikan haruslah mengajarkan kepada anak didik agar menjadi tahu diri sehingga sadar akan kekurangannya, kemudian mau belajar. Sadar atas kemampuannya akan membangkitkan kesadaran atas prestasi yang diperoleh. Ia tidak akan menjadi seorang yang memiliki sikap takabbur, ujub, riya’, merasa paling pintar, arogan, merasa sempurna dan sebagainya. Learning to Be berarti member kejelasan pemahaman adanya konteks etika dalam kehidupan bagi seseorang.[7]

4. Learning to Life Together (Belajar untuk Hidup Bersama).

Manusia secara kodrati di dalam menjalani kehidupannya memerlukan adanya pasangan dan memang diciptakan secara berpasang-pasangan, hingga terbentuknya suatu masyarakat manusia untuk berhubungan saling kenal-mengenal di antara sesamanya.[8]Allah berfirman:

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. al-Hujarat:13).

Ini merupakan dunia kenyataan: pluralisme. Hal ini dapat terwujud jika kita bersedia menerima kenyataan akan adanya perbedaan. Pemahaman terhadap pluralism akan menyadarkan kita akan nilai-nilai universal seperti HAM, Demokrasi dan sebagainya.[9]

Islam dengan jelas telah mengajarkan realitas perbedaan agama ini dengansederhana dan tegas: “lakum diinukum waliyadiin”. Islam juga jelas menekankan perlunya saling mengenal dan saling belajar serta saling memanfaatkan atau membantu satu sama lain meskipun ada perbedaan suku, etnis, bahasa, warga Negara dan sebagainya.[10]

  1. Contoh Aplikasi Visi Pendidikan Abad 21 Menurut UNESCO dalam Dunia Pendidikan.

  1.  Learning to Think atau Learning to Know (Belajar Bagaimana Berfikir atau Belajar Mengetahui).

Mendirikan madrasah al-quran untuk menhhindari buta huruf bagi penduduk khususnya anak-anak di daerah terpencil yang jarang tersentuh oleh pendidikan. Masyarakat disana diberi pengetahuan tentang makhroj dan bacaan tajwid secara terformulasi dalam ayat-ayat al-quran. tahap selanjutnya yaitu mengetahui makna-makna yang terkandung dalam Al-qur’an yang berkisar pada surat-surat pendek dan menghayati apa yang terkandung didalamnya.

  1. Learning to Do (Belajar Hidup atau Belajar Bagaimana Berbuat atau Bekerja).

Dalam konteks ini manusia dididik tidak hanya untuk mengetahui saja akan tetapi di arahkan bagaimana pelajaran yang ia terima dapat dengan bertahap ia aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh didalam surat Al-‘Ashr: sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali bagi orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan nasehat menasehati supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetap kesabaran. Maka dalam penjelasan ayat ini hendaknya anak didik di ajari apakah amal soleh itu agar dapat mereka wujudkan dalam kehidupan sehari.

  1. Learning to Be (Belajar Bagaimana Tetap Hidup atau Sebagai Dirinya).

Melalui pembelajaran qur’ani perlu pula di adakannya penjabaran kedudukan manusia yang memiliki berbagai aspek yang berbeda antar sesamanya di mana Allah telah menentukan setiap nasib yang seimbang di hadapan-Nya. Seperti halnya pemberian rizki oleh Allah kepada umat yang kaya tidak semata kekayaan tersebut adalah milik ia sendiri, akan tetapi kesadaran akan dirinya adalah perantara bagi orang-orang miskin haruslah dihidupkan agar ia terwujud menjadi orang yang dermawan.

  1. Learning to Life Together (Belajar untuk Hidup Bersama).

Mengamalkan secara rill di lingkungan masyarakat mengenai  apa yang telah dipelajari dan dilaksanakan secara ikhlas atas kesadaran tanggung jawabnya sebagai kholifah fil ardh, dapat dilatih melalui pengembangan potensi dalam berorganisasi, perlu adanya organisasi yang terprogram dalam suatu lembaga pendidikan yang oprasionalnya memiliki obyek msyarakat kecil. Agar mendapatkan hasil yang lebih nyata mengadakan kegiatan Bakti Sosial (Baksos) akan menjadi solusi yang sangat bagus agar seseorang memiliki peluang atau kesempatan mengamalkan sekaligus mengajarkan apa-apa yang telah mereka dapat selama belajar. Dalam konteks ini telah sampailah seseorang pada gerbang terakhir dimana ke-empat pilar pendidikan terumuskan dalam visi pendidikan UNESCO. Menjadi kesatuan yang utuh membentuk performa karakter yang kaffah di tengah era globalisasi.


 



[1] Raditio Sulistio, Empat Pilar Pendidikan Menurut UNESCO, http://rstdjogdja80.blogspot.com, diakses pada tanggal  13 Mei 2012.
 
[2] Arifudin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kultura GP Press Group, 2008), hlm. 127-128.
[3] Ibid, hlm. 127-128.
[4] Ibid. hlm. 129-130.
[5] Ibid, hlm.130
[6] Trio Supriyanto, Humanitas Spiritual dalam Pendidikan, (Malang: UIN Malang Press, 2009).  hlm.82
[7]Opcit, hlm.130-131
[8] Opcit. hlm.85.
[9] Arifudin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kultura GP Press Group, 2008), hlm. 131.
[10] ibid, hlm.131-132