Categories

Senin, 17 Maret 2014

Perbandingan Karakteristik Pendidikan


  1. LatarBelakang

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.

Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosialyang akan memakmuran diri,halinimerupakanpengaruh.

Menanggapi itu kami akan mengulas apa dan bagaimana perbandingan antara filsafat pendidikan islam dan filsfat pendidikan barat agar dapat secara gamblang kita pelajari dan selanjtnya kita hindari. Pembhasan ini akan kami sampaikan dengan berbagai perbandingan pendidikan secara filofis dan dengan rumusan masalah sebagai berikut.

  1. RumusanMasalah.

  1. Apakah pengertian pendidikan menurut islam dan barat itu?
  2. Apakah tujuan pendidikan menurut islam dan barat itu?
  3. Siapakah pedidik dan peserta didik menurut islam dan barat itu?


  1. Pengertian Pendidikan.

  1. Pendidikan islam.


        DR. Yusuf Qaradhawi memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai pendidikan manusia seutuhnya (whole human education); akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Sedangkan Prof. DR. Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia

untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. [1]

"Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebib baik kesudahannya". (QS. 99:76)

         Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Di dalamnya terkandung suatu potensi yang mengacu kepada dua fenomena perkembangan , yaitu:
(1)Potensi psikologis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi sosok pribadi yang berkualitas bijak dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluk lainnya.
(2)Potensi perkembangan kehidupan manusia sebagai ‘khalifah’ di muka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya, baik yang alamiah maupun yang ijtima'iyah dimana Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.[2]

  1. Pendidikan Barat.

         Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme, sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu itu sendiri. René Descartes misalnya, tokoh filsafat Barat asal Perancis ini menjadikan

rasio sebagai kriteria satu-satunya dalam mengukur kebenaran.

            Selain itu para filosof lainnya seperti John Locke, Immanuel Kant, Martin Heidegger, Emillio Betti, Hans-Georg Gadammer, dan lainnya juga menekankan rasio dan panca indera sebagai sumber ilmu mereka, sehingga melahirkan berbagai macam faham dan pemikiran seperti empirisme, humanisme, kapitalisme, eksistensialisme, relatifisme, atheisme, dan lainnya, yang ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam filsafat, sains,

sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya
       Menurut Syed Naquib al-Attas, ilmu dalam peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah . Sehingga dari cara pandang yang

seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular. [3]


  1. Tujuan Pendidikan.

Pendidikan dalam arti islam adalah sesuatu yang khusus hanya untuk manusia, demikian menurut Syed Muhammad al-Naquib al-Atas. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa pendidikan islam secara filosofis seyogyanya memiliki konsepsi yang jelas dan tegas mengenai manusia.  Jika pendidikan dalam islam hanya untuk manusia, manusia yang bagaimana yang dikehendaki dalam islam? Muhammad Natsir menyimpulkan bahwa pendidikan islam bermaksud merealisasikan tujuan hidup muslim itu sendiri yaitu penghambaan sepenuhnya kepada Allah.[4]

Tujuan pendidikan idealisme adalah ketetapan mutlak.Untuk itu kurikulum pendidikan seyogyanya bersifst tetap dan tidak menerima perkembangan. Bertitik tolak atas dasar tersebut, maka tatkala para ilmuan telah mencapi ke tingkat ilmu yang tinggi maka ia berusaha pula untuk mentransfernya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Daam konteks ini agama, akhlaq dan ilmu humaniora dipandang sebagai core kurikulum.[5]

Menurut John Dewey tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu means (tujuanantara) dan end (tujuanakhir). Dari dua kategori ini tujuan pendidikan harus memliki tiga kriteria: (1) tujuan harus dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi yang sudah ada, (2) Tujuan harus fleksibel, (3) Tujuan itu harus mewakili kebebasan aktivitas. Pada akhirnya, setiap tujuan harus mengandung nilai yang dirumuskan melalui observasi, pilihan dan perencanaan yang dilksanakan dariwaktu ke waktu.[6]

Menelaah tujuan akhir pendidikan islam adalah penyerahan diri dan penghambaan secara total kepada Allah menunjukkan bahwa aktivitas manusia adalah dibatasi atas hak-hak allah yang melekat pada seorang hamba. Allah berfirman:



“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)

            

Maka dari penghambaan inilah Allah mewajibkan bagi umat islam unuk mencari ilmu agar dapat melaksa kantugas-tugas secara terarah, sebagaimana hadits Rasulullah saw;

طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة

                                     Mencari ilmu adalah wajib bagi orang muslim dan muslimah

            

C.Peran Pendidik

       Pendidikadalah orang dewasa yang bertanggungjawab member bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk social dansebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.[7]

Allah telah menyerukan ayatnya mengenai perintah mengajarkan ilmu yang terkandung dalam kitab Allah dan larangan menyembunyikannya, dan secara nalar berlaku pula untuk segala ilmu yang telah kita miliki:[8]




“Dan (ingatlah)ketika Allah mengambil janji dari orang yang telah diberi kitab(yaiti),” hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikan” lalu mereka dan melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit.

Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima itu.

Pengembangan Ilmu Pengetahuan bagi seseorang sangat dianjurkan. Ilmu yang telah dikuasai harus diberikan dan dikembangkan kepada orang lain. Nabi Muhammad saw sangat membenci orang yangmemiliki ilmu pengethauan,tetapitidak maumemberi dan mengembangkan kepada orang lain. (HR. Ibnu Al-Jauzi).[9]

كاتم العلم يلعنه كل شيء حتى الحوت في البحر والطير في السماء


Pendidik islam ialah individu yang melaksanakan tindakan mendidik secara islami dalam satu situasi pendidikan islam untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Imam Al-Ghozali seorang ahli pendidik islam memandang bahwa pendidik mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mulia. Beliau berkata:[10]

“Seorang alim yang mau mengamalkan apa yang telah diketahuinya, dinamakan seorang besar di semua kerajaan langit.  Dia seperti matahari yang menerangi alam-alam yang lain, dia mempunyai cahaya dalam dirinya dan dia seperti minyak wangi yang mewangikan orang lain, karena ia memang wangi. Barang siapa yang memiliki pekerjaan mengajar, ia telah memilih pekerjaan yang besar dan penting. Makadari itu, hendaknya iamengajar tingkahlaku nya dan kewajiban-kewajibannya.”

Dengan berbagai penghargaan untuk pendidik maka demi terlaksanaya pendidikan secara optimal, paling tidak ada tiga kompotensi yang harus dimilikinya, yaitu sebagai berikut.[11]

  1. Kompetensi personal-religius, yaitu memilki kepribadian berdasarkan islam. Di dalam dirinya melekat nilai-nilai yang dapat ditransinternalisasikan kepada peserta didik, seperti jujur, adil, suka musyawaroh, disiplin dan lain-lain.
  2. Kompetensi social religius, yaitu memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah social yang selaras dengan islam. Sikap gotong-royong, suka menolong, egalitarian, toleransi, dan sebagainya merupakan sikap yang harus dimiliki pendidik yang dapat diwujudkan dalam proses pendidikan.
  3. Kompetensi profeional-religius, yaitu memiliki kemampuan menjalankan tugasnya secara professional, yang didasarkan atas ajaran islam.

Peranan pendidik menurut aliran idealisme adalah memenuhi akal peserta didik dengan hakikat-hakikat dan pengetahuan yang tepat. Dalam hal ini guru haus menyiapkan situasi dan kondisi yang kondusif untuk mendidik peserta didik serta lingkungan yang ideal bagi meeka kemudian membimbing mereka dengan penuh kasih saying dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tinggnya(derajat kesempurnaan).[12]

Syarat seorang guru dalam filsafat realisme adalah Profesional dalam bidangnya   

karena tugasnya hanya sekedar mentransfer ilmu, sementara dalam pendidikan islam seorang guru disamping professional jug dapat menjadikan dirinya sebagai uswatun hasanah bagi peserta didiknya. Hal ini disebabkan karena tugas pendidikan dalam islam bukan hanya mentransfer ilmu tapi juaga internalisasi

nilai-nilai ilahiah.[13]


  1. Kesimpulan.
    Dari berbagai penjelasan di atas kami dapat menyimpulkan beberapa analisis kritis dalam bentuk tbel berikut.

Aspek
Islam
Barat
Definisi
Dibangun atas wahyu
Dibangun atas budaya
Tujuan
Penghambaan, kebahagiaan dunia dan akhirat
Kebebasan, terpenuhinya kesejahteraan dunia semata
Peran pendidik
Transfer of  knowledge
Selain mentransfer ilmu juga internalisasi nilai-nilai Ilahiah


  1. Kritik dan saran.
    Dengan ulasan secara singkat penulis sangat yakin akan terbukanya berbagai keganjalan karena banyaknya aspek dalam pendidikan yang belum teranalisis secara tuntas. Dalam perencanaan pembuatan makalah ini yang awalnya berharap dapat menyampaikan berbagai perbandingan meliputi seluruh komponen-komponen pendidikan belum dapat terealisasikan sebab kendala waktu dan fasilitas, akan tetapi harapan ini semoga dapat terealisasi di lain kesempatan. Kurang lebihnya mohon maaf sebesar-besarnya.
    Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.















[1]http://denchiel78.blogspot.com
[2]Ibid.
[3]Ibid.
[4]M. Natsir, Capita Selekta,(Jakarta: BulanBintang, 1973), hlm.82
[5]Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam-mulia, 2010), hlm. 17
[6] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm.109-110
[7]HamdaniihsandanFuadIhsan,FilsafatPendidikan Islam,(Bandung: Pustaka Setia,2007), hlm.93
[8]Ibid, hlm.97
[9]http://denchiel78.blogspot.com
[10]Opcit, hlm.96
[11]Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 117
[12]Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam-mulia, 2010), hlm. 17
[13]Ibid, hlm.21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar