A. Definisi perencanaan pembelajaran
Secara
definisi, perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
semua aktifitas yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka
mencapai tujuan. Beberapa definisi antara lain:
· Proses
mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematika yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu.
· Perhitungan dan
penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Siapa yang melakukan? Kapan?Dimana?Bagaimana
cara melakukannya.
· Sebagai
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
· Proses
penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang,
yang diarahkan untuk mencapai sasaran tertentu.
· Kegiatan yang
meliputi: 1) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, 2) penentuan
strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan
standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
· Proses
pengambilan keputusan atas sejumlah alternatif (pilihan) mengenai sasaran dan
cara-cara yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang guna mencapai tujuan
yang dikehendaki serta pemantauan dan
penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan.
Banyak sekali definisi perencanaan yang dikemukakan oleh para
pakar, tetapi pada dasarnya perencanaan mempunyai kata kunci “penentuan
aktifitas yang akan dilakukan”. Kata kunci ini mengindikasikan behwa
perencanaan merupakan kegiatan untuk mementukan masa yang akan datang. Karena
pekerjaan yang akan ditentuakan pada kegiatan perencanaan belum dilaksanakan,
maka untuk dapat membuat perencanaan
yang baik harus menguasai keadaan yang ada pada saat ini.
Penerapan kegiatan perencanaan dalam kegiatan pembelajaran
merupakan suatu upaya untuk menentukan berbagai kegiatan yang akan dilakukan
dalam kaitan dengan upaya untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran
tersebut.
Dalam proses membuat perencanaan
pembelajaran, hal yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah kompetensi apa
yang akan dicapai. Kompetensi tersebut merupakan tujuan atau “arah” yang akan
dituju. Setelah menentukan kompetensi, maka pertanyaan adalah: bagaimana menuju arah tersebut?, bagaimana kompetensi tersebut dapat
dicapai?, siapa yang dapat melakukan prroses tersebut?, kebutuhan apa yang
diperlukan untuk melaksanakan proses tersebut?, Berapa anggaran yang
diperlukan?, sampai berapa waktu yang dibutuhkan?.
Dalam menentukan kompetensi yang harus dikuasai siswa, tidak hanya
pada kemauan guru, atau madrasah, tetapi juga harus memperhatikan berbagai
kebutuhan. Itulah sebabnya, sebelum menentukan/memilih arah yang harus dituju, maka pengambil
kebijakan tentang perencanaan harus memiliki berbagai informasi dalam menentukan/memilih
kompetensi yang akan dihasilkan dari proses pembelajaran yang akan dilakukan. Pencarian informasi dapat dilakukan melalui
berbagai proses pengukuran dan penilaian baik pada factor internal (kebutuhan
dan harapan seluruh penyelenggara sekolah dan kemampuan sekolah menyediakan
sumberdaya) dan factor eksternal (kebutuhan dan harapan stakeholder
sekolah).[1]
Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan
dengan asumsi sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya
desain pembelajaran.
2. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu
menggunakan sistem.
3. Perencanaan
desain pembelajaran diacukan pada bagaimana sseorang belajar.
4. Untuk merencanakan
suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan
5. Pembelajarn
yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal
ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari
pembelajaran.
6. Sasaran akhir
dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
7. Perencanaan
pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran;
8. Inti dari
desain pembelajaran yang dibuat adalah
penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.[2]
Dasar-dasar teresebut dijabarkan sebagai berikut
a) Perbaikan
kualitas pembelajaran
Perencanaan
pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas
pembelejaran. Hal ini dmungkinkan karena dalam desain pembelajaran tahapan yang
akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam mengajar telah terancang dengan baik,
mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan
pelaksanaan evaluasi sematif yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujun
pembelajaran yang telah ditetapkan.
b)
Pembelajaran dirancang dengan pendekatan sistem
Hal
ini disadari bahwa mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar
termasuk keterkaitan antar variabel pengajaran, yakni variabel kondisi
pembelajaran, variabel metode, dan variabel hasil pembelajran.
c)
Desain pembelajaran mengacu pada bagaimana seseorang belajar.
Kualitas
pembelajaran juga banyak tergantung pada bagaimana pembelajaran itu dirancang.
Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan perancangnya.
Apakah bersifat intuitif atau bersifat ilmiah. Jika bersifat intuitif,
rancangan pembelajaran tersebut banyak diwarnai oleh kehendak perancangnya.
Akan tetapi, jika dibuat berdasarkan pendekatan ilmiah, rancangan pembelajaran
tersebut diwarnai oleh berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuan
pembelajaran. Disamping itu, pendekatan lain adalah pembuatan rancangan
pembelajaran bersifat intuitif ilmiah yang merupakan paduan antara keduanya
sehingga ramcangan pembelajaran yang dihasilkan disesuaikan dengan pengalaman
empiris yang pernah ditemukan pada saat melaksanakan pembelajran yang
dkembangkan pula dengan penggunaan teori-teori yang relevan. Bedasarkan tiga
pendekatan ini, pendekatan intuitif ilmiah akan dapat menghasilkan pembelajaran
yang lebih shahih dari dua pendekatan lainnya bila hanya digunakan secara
terpisah
d)
Desain pembelajaran diacukan pada siswa perorangan
Seseorang
belajar memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan atau prilaku belajar
dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tindakan atau prilaku belajar itu akan tetap berjalan sesuai dengan
karakteristik siswa. Hal lain yang merupakan karakteristik siswa adalah
perkembangan intelektual siswa, tingkat motivasi, kmampuan berfikir, daya
kognitif, gaya belajar, kamampuan awal, dan lain-lain. Berdasarkan
karakteristik ini, maka rancangan pembelajaran mau tidak mau hrus diacukan pada
pertimbangan ini.
e)
Desain pembelajaran harus diacukan pada tujuan
Hasil
pembelajaran mencakup hasil langsung dan
hasil tidak langsung (pengiring).
Perancangan
pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur
setelah selesai pelaksanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dapat
diukur melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring.
f)
Desain pembelajaran diarahkan pada kemudahan belajar
Sebagaimana
disebutkan diatas, pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa dan
perancangan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku
belajar. Belajar yang ditata dengan kondisi yang baik strategi yang
direncanaakan akan memberikan peluang dicapainya hasil pembelajaran. Jika hal
ini dilakukan dengan baik, sudah tentu sasaran akhir dari pembelajaran adalah
terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai.
g)
Desain pembelajaran melibatkan variable pembelajaran
Desain
pebelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa turut
mempengaruhi pembelajaran. Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu
dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga variabel tersebut adalah:
variabel kondisi, metode, dan variabel hasil pembelajaran. Kondisi pembelajaran
mencakup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencana pembelajaran
dan harus diterima apa adanya. Yang masuk dalam variabel ini adalah tujuan
pembelajaran, karakteristik bidang study dan karakteristik siswa. Adapun
variabel metode pembelajaran mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk
mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang masuk dalam variabel
ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran. Adapun variabel hasil
pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode pada
kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan
daya tarik pembelajaran.
h)
Desain pembelajaran penetapan metode untuk mencapai tujuan
Inti
dari desain pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal
untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utama perancangan
pembelajaran adalah pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel metode
pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada anlisis
kondisi dan hasil pembelajaran.[3]
C. Beberapa Kritik Terhadap Perencanaan Pembelajaran
Walaupun
perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan profesional yang harus dilakukan
oleh guru, dan memiliki dampak yang segnifikan terhadap perkembangan prestasi
siswa, namun terdapat beberapa kritik yang terkait dengan perencanaan
pembelajaran. Beberapa kritik tersebut antara lain:
1.
Perencanaan akan membuat sesuatu menjadi detail dan kaku.
Perencanaan pembelajaran akan “mengunci” sekolah pada tujuan pembelajaran
(kompetensi dasar)tertentu, sehingga sekolah akan terfokus pada tujuan
pembelajaran itu saja.
2.
Rencana tidak dapat dikembangkan dalam lingkungan yang dinamis.
Saat ini perkembangan begitu cepat. Perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi mempengaruhi hampir sebagian manusia, sehingga sering kali juga
mempengaruhi kebijakan-kebijakan dalam dunia pendidikan. Jika perencanaan
pembelajaran menggunakan asumsi yang salah maka perencanaan yang dibuat tidaka
ada gunanya.
3.
Perencanaan tidak akan dapat menggantikan intuisi dan kreatifitas.
Perencanaan yang baik seringkali masih kalah dengan proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru yang memiliki intuisi dan kreatifitas yang tinggi.
4.
Perencanaan sering memfokukan guru pada persaingan pada saat ini,
bukan untuk berkembang pada masa yang akan datang. Perencanaan sering membuat
guru memenangkan persaingan pada masa yang akan datang. Adanya berbagai
perubahan sering kali kurang diantisipasi, sehingga daya “survival” sekolah
atau madrasah pada masa yang akan datang kurang menjadi perhatian. Itulah yang
kemudian banyak sekolah atau madrasah yang tidak dapat tertahan lama.[4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar