Categories

Selasa, 01 April 2014

Tiga Periode dalam Sejarah Peradaban Islam




Dalam garis besar, sejarah Islam dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern. Adapun uraian dari ketiga periode tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Periode Klasik (650M - 1250M)
    Zaman kemajuan terbagi menjadi 2 fase, pertama, Ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650M – 1000M) meluas mulai Afrika Utara sampai ke Spanyol di barat dan Persia sampai ke India di Timur. Daerah-daerah tersebut tunduk kepada kekuasaan khalifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian Damsyik dan terakhir di Baghdad.
     

Bidang Teologi
Bidang Filsafat
Bidang Pengetahuan
Al-Asyari
Al-Maturidi
Al-Huzail
Wasil Ibnu Ato’
Al-Nazam, dll
Al-Kindi
Al-Farabi
Ibnu Sina
Ibnu Maskawaih
Ibnu Haysam
Ibnu Hayyan
Al-Khowarizmi
 
Bidang Hukum
Bidang Tasawuf
 
Imam Malik
Imam Hanafi
Imam Safi’i
Imam Ibnu Hanbal
Zunun Al-Misri
Abu Yazid Al-Bustomi
Al-Hallaj
 

 

Spanyol-Andalusia merupakan pusat peradaban Islam selain Baghdad, masuknya Islam di Spanyol terjadi pada masa Khalifah Al-Walid (Ibnu Abdul Walid), khalifah Bani Umayyah (705 M-715 M).[1]

Kemajuan peradaban Islam di Spanyol tidak terlepas dari ajaran Islam yang selain mengagungkan ilmu pengetahuan yang seakan member pencerah bagi semuanya, salah satunya Spanyol. Kemajuan Spanyol memang tidak bisa dipisahkan dari kontribusi Islam yang diungkapkan beberapa ilmuan Barat yang di kutip Razaq Thatchaer dan Chawel -misalnya- secara tegas mengatakan bahwa bangsa Eropa sangat beruntung dengan kedatangan Islam. Banyak ilmu yang dapat ditemukan sehingga dapat diadopsinya seperti ilmu falak, fisiologi, dan masi banyak lagi pesan serupa juga diungkapkan oleh strioris dimana ia mengatakan bahwa bidang-bidang ilmu pengetahuan yang dibawa Islam terutama Ilmu dan penerapannya lebih banyak daripada yang dibawa Byzantiun. Sehingga peradaban Islam merupan suatu terminal penting antara peradaban Yunani di Timur dan peradaban Eropa di Abad pertengahan.[2]

Pengaruh Islam pada Eropa bisa terlihat denga lahirnya gerakan-gerakan pemikiran yang terinspirasi dari ulama Islam. Gerakan yang dimaksud antara lain:

  1. Gerakan Renaissance (kebangkitan kembali) abad 14 M.
  2. Reformasi pada abad 16 M yang kemudian dikuatkan dengan munculnya rasionalisme pada abad 17 M. yang terinspirasi dari pemikiran Ibnu Rusd (Averus).
  3. Gerakan Aufklarung (pencerahan) abad 12 M.
    Ketiga gerakan tersebut merupakan dampak dari kedinamisan intelektual Islam di Spanyol yang lambat laun mempengaruhi pola piker masyarakat Eropa.[3]
    Adapun pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang tengah berkembang kala itu tergantung kepada keluarga penguasa, terutama khalifah yang menjadi pendorong utama bagi kegiatan keilmuan di Granada, Seville, dan Cordova. Fiqih merupakan inti kurukulum, namun mereka lebih menekankan kepada madzhab maliki daripada madzhab-0madzhab lainnya. Hal ini juga berlaku pada saat menentukan tenaga pengajar dan kurikulum yang akan diterapkannya peran khalifah dan penasehat-penasehat dekatnya amat dominan. Karena khalifah dan keluarganya amat menetukan dalam penyediaan dana dan arah kegiatan-kegiatan lembaga-lembaga pendidikan di Andalusia, maka maju mundurnya lembaga-lembaga tersebut amat tergantung pada “Interest Patronase” penguasa terhadap kegiatan keilmuan Islam.[4]
    Kedua, Fase Disintegrasi (1000M – 1250M). Dimasa ini keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai pecah. Kekuasaan khalifah menurun dan akhirnya Baghdad dapat dirampas dan dihancurkan oleh Hulagu (1258 M) khalifah sehingga lambing persatuan politik umat Islam hilang.[5]

  1. Periode Pertengahan (1250M – 1800M)[6]
    Dalam periode pertengahan ini terbagi menjadi dua fase, yaitu Fase Kemunduran (1250 M – 1500 M), dan Fase Tiga Kerajaan Besar (1500 M – 1800 M). Adapun keterangan dari fase-fase tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Fase Kemunduran (1250 M – 1500 M)
    Di zaman ini disentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan antara Sunni dan Syi’ah, demikian juga antara Arab dan Persia bertambah nyata kelihatan. Dunia Islam terbagi menjadi dua; bagian pertama Arab terdiri dari Arabia, Irak, Suriya, Palestin, Mesir dan Afrika Utara dengan Mesir sebagai pusat; dan Bagian Persi yang terdiri dari Balkan, Asia Kecil, Persia, dan Asia Tengah dengan Iran sebagai pusat. Kebudayaan Persia mengambil bentuk internasional dengan demikian pendesak lapangan kebudayaan Arab. Pendapat bahwa pintu ijtihad tertutup semakin luas dikalangan umat Islam. Demikian juga tarekat dengan pengaruh negatifnya. Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk agama Kristen atau keluar dari daerah itu.
    Analisa penulis-penulis barat bahwa umat Islam mundur karena menganut faham jabariyah (fatalisme) dapat ia setujuai, karena dikalangan awam Islam faham yang demikian, menurut hematnya memang terdapat dalam al-urwah al-wusqo (ia bersama Jalaludin al-Afghani) menjelaskan bahwa faham qadha’ qadar telah diselewengkan menjadi fatalism, sedang faham itu sebenarnya mengandung unsure dinamis yang membuat umat Islam di zaman klasik dapat membawa Islam sampai di Spanyol dan dapat menimbulkan peradapan yang tinggi. Faham fatalism (jabariyah) yang terdapat dalam kalangan Islam perlu dirubah dengan faham kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan. Inilah yang akan menimbulkan dinamika umat Islam kembali.[7]
    Dalam bukunya Muhammad Abduh dengan keras mengkritik Ulama’-ulama’ yang menimbulkan faham taklid. Sikap ulama ini, kata Muhammad Abduh, membuat umat Islam berhenti berfikir dan akal mereka berkarat. Taklid ini menghambat perkembangan bahasa arab. Perkembangan susunan masyarakat Islam, syariat, system pendsidikan dan sebagainya. Sikap umat Islam agar berpegang teguh pada pendapat ulama klasik, dipandang Muhammad Abduh berlawanan betul dengan sikap umat Islam dahulu. Al-Qur’an dan Hadist katanya melarang umat Islam bersifat taklid.[8]
    Kepercayaan pada kekuatan akal adalah dasar peradaban suatu bangsa. Akal terlepas dari ikatan tradisi akan dapat memikirkan dan memperoleh jalan-jalan yang membawa pada kemajuan. Pemikiran akallah yang menimbulkan ilmu pengetahuan.
    Suatu sebab lain adalah salah pengertian tentang maksud hadis yang mengatakan bahwa umat Islam akan mengalami kemunduran di akhir zaman. Salah pengertia ini membuat umat Islam tidak berusaha merubah nasib mereka.
  2. Fase Tiga Kerajaan Besar (1500 M – 1800 M)
    Pada fase ini dimulai dengan zaman kemajuan (1500 M – 1700 M) dan zaman kemunduran (1700 M – 1800 M). yaitu kerajaan Usmani (Ottoman Empire) di Turki, kerajaan Safawi di Persi, dan kerajaan Mughol di India. Dimasa kemajuan ketiga kerajaan besar ini memiliki kejayaan masing-masing terutama dalam bentuk literature dan arsitek.
    Kemajuan Islam pada zaman ini lebih banyak merupakan kemajuan di periode klasik. Perhatian pada ilmu pengetahuan masih kurang sekali.
    Ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah semenanjung Arab, bangsa Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang, yang kemudian banyak dikenal dengan Renaissance. Kebangkitan tersebut bukan saja dalam bidang politik, dengan keberhasilan Eropa mengatakan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi harus diakui kemajuan-kemajuan Eropa tidak dapat dipisahkan dari peran Islam saat menguasai Spanyol. Ketika Islam mencapai masa keemasannya kota Kordova dan Granada di Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting saat itu dan dianggap menyaingi Baghdad di Timur.[9]

  1. Periode Modern.
    Periode transformasi peradapan islam secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga frase, dan sekaligus memperlihatkan beberapa gambaran umum yang berlaku di seluruh kawasan muslim, diantaranya:

  1. Fase pertama, merupakan periode antara akhir abad 18 sampai awal abad 20, yang di tandai dengan hancurnya system kenegaraan muslim dan dominasi territorial dan komersial Eropa. Dalam fase ini elit politik, agama, dan kesukuan masyarakat muslim berusaha menetapkan pendekatan keagamaan dan ideologi baru bagi perkembambangan internal masyarakat mereka.
  2. Fase kedua, yaitu fase pembentukan nasional yang berlangsung setelah Perang Dunia I sampai pertengahan abad 20. Dalam fase ini kalangan elit negeri-negeri muslim berusaha membawa identitas politik modern terhadap masyarakat mereka dan berusaha memprakarsai perkembangan ekonomi serta perubahan nasional.
  3. Fase ketiga, yaitu fase konsolidasi Negara-negara nasional di seluruh kawasan muslim.
    Fase yang berlangsung pasca Perang Dunia II ini ditandai dengan pertentangan antara kecenderungan terhadap perkembangan yang tengah berlangsung dan peran utama islam.[10]
     
     



[1] Istianah Abu Bakar, Sejarah peradapan Islam, (Malang: UIN Press, 2008),hlm,107
[2] Ibid, hlm,115
[3] Ibid ,hlm. 116
[4] Suwito dan Fauzan, sejarah social pendidikan islam, ( Jakarta: kencana, 2008), hlm.116
[5] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 12-13
[6] Ibid, hlm.3-4
[7]Ibid, hlm. 66
[8] Ibid, hlm.64
[9]  Ibid, hlm.109
[10] Rahasia Sunnah, Periode Modern dalam Sejarah Peradapan Islam, http://.rahasiasunnah.com, diakses pada tanggal 16 Mei 2012.

2 komentar:

  1. Good post.
    Ijin baca2 dik..
    ____
    Mampir kalo ga keberatan.
    New post:
    Cara ampuh kembalikan pos artikel terhapu ato di hapus.

    BalasHapus