-
Lafadh تصغير berasal dari kata يصغر صغر yang berarti mengecualikan.tashghir adalah menganggap kecil sesuatu. Sedangkan tashghir hanya berhubungan dengan isim yang mu’rob.[1]
- Fa’edah-faedah Tashgir:
- Mengangggap kecil perkara yang besar.
- Menganggap remeh perkara yang penting atau agung.
- Menganggap sedikit perkara yang banyak.
- Menganggap sebentar perkara yang lama.
- Cara mentashghir:[2]
- Caradasar.
- Menambahkan huruf ya’ setelah huruf kedua.
- Harokat huruf pertama didhommah.
- Huruf kedua difathah.Contoh: رَجُلٌ menjadi رُجَيْلٌشَجَرٌ menjadi شُجَيْرٌAdapun tashghir tidak diperbolehkan pada lafadh اَفْعَلَ (Kalimat ta’ajub) dan kalimat huruf.Ya’ni tidak diperbolehkan mentashghir isim yang mabni. Seperti:ذَا , تَا, الذى, dan التى.
- Cara disertai adanya syarat.
- Harokat huruf yang jatuh setelah ya’ tashghir hukumnya wajib dikasroh, contoh:جُعَيْفِرٌ, kecuali jika huruf yang jatuh setelah ya’ tashghir tersebut berada di akhir kalimat maka harokat hurufnya mengikuti I’robnya. contoh:[3]
Ketika
rofa’
|
جَاءَ رُجَيْلٌ
|
Ketika
nasob
|
رَأَيْتُ
رُجَيْلاً
|
Ketika
jer
|
مَرَرْتُ
بِرُجَيْلٍ
|
- Atau apabila sambung dengan alamat ta’nits seperti ta’ta’nits ataupun alif ta’nits baik maqsuroh atau mamdudah maka harokat hurufnya juga mengikuti I’robnya. Contoh:[4]
I’rob
|
Ta’ta’nits
|
Alif
ta’nits maqsuroh
|
Alif
ta’nits mamdudah
|
Rofa’
|
عِنْدِىتُمَيْرَةٌ
|
جاءَتْ
سُلَيْمَى
|
وَجْهُ فَاطِمَةَ حُمَيْرَاءُ
|
Nasob
|
اَكَلْتُ تُمَيْرَةً
|
رَأيْتُ سُلَيْمَى
|
اِشْتَرَيتُ الثوبَ الحُمَيْرَاءَ
|
Jer
|
اِشْتَرَيتُ الفَوَاكِهَ كَتُمَيْرَةٍ وَتُفَّاحٍ وَمَوْزٍ
|
مَرَرْتُ بِسُلَيْمَى
|
اُلَوِّنُ صوْرَتِي بِلَوْنِ الحُمَيْرَاءِ
|
- apabila yang akan ditashghir berupa isim yang bertemu alif jama’(dijama’kan) yang mengikuti wazan اَفْعَالٌ dan isim yang mendapat ziadah alif dan nun pada isim alam dan isim sifat maka huruf yang jatuh setelah ya’ tashghir tersebut diharokati fathah.Contoh: اُحَيْمَالٌ, عُثَيْمَانُ, dan عُطَيْشَانُ.[5]
- Apabila isimnya sambung dengan alif jama’(dijama’kan) yang mengikuti wazan اَفْعَالٌ dan isim yang mendapat ziadah alif dan nun, tetapi bukan berupa isim alam atau isim sifat maka huruf setelah ya’ tashghir di kasroh. Contoh:سِرْحَانُ dijama’kanسَرَاحِينُ ditashghir menjadi.سُرَيْحِيْنُakan tetapi ada yang berpendapat bahwa lafadhسِرْحَانُ merupakan isim Alam yang kemudian mentashghirnya denganسُرَيْحَانُ, sebagaimana ketentuan sebelumnya.[6]
- Wazan-wazan tashghir:
- Wazan-wazan Tashghir ada tiga:[7]
- Apabila terdiri dari isim tsulasi maka ikut wazan: فُعَيْلٌ
- Apabila terdiri dari isim ruba’i maka ikut wazan: فُعَيْعِلٌ
- Apabila lebih dari empat huruf maka ikut wazan: فُعَيْعِيْلٌ
Contoh:
فُعَيْلٌ : فَلْسٌ فُلَيْسٌ
قَذَى قُذَيٌّ
قُنُفُذٌ قُنَيْفِذٌ
فُعَيْعِيْلٌ : عُصْفُوْرٌ عُصَيْفِيْرٌ
مِنْشَارٌ مُنَيْشِيْرٌ
Adakalanya
wazan فُعَيْعِلٌ dan فُعَيْعِيْلٌ keduanya
bisa digunakan untuk isim yang terdiri dari empat huruf keatas.[8]Dengan
perincian-perincian tertentu.
- Mauzun-mauzun terpernci.[9]
- Apabila terdiri dari lima huruf yang huruf ke empatnya berupa huruf ilat maka ia mengikuti wazan فُعَيْعِيْلٌ seperti مُفَيْتِيْحٌ asalnya مِفْتَاحٌ.
- Apabila terdiri dari lima huruf asli maka dibuang huruf yang kelima dan di ikutkan wazan فُعَيْعِلٌ seperti lafadh سَفَرْجَلُ ditashghir menjadi سُفَيْرِجٌ.
- Dan apabila terdiri dari lima huruf lebih maka huruf kelima dan seterusnya dibuang seperti عَنْدَلِيْبُ menjadi عُنَيْدِلُ. (burung bul-bul kecil).
-
Apabila terdiri dari empat huruf asli dan satu huruf tambahanyang mana huruf ke empat tersebut bukan huruf illatmaka huruf tambahan tersebut dibuang dan di ikutkan wazanفُعَيْعِلٌ pembentukan wazan itu mengikuti cara pembentukan sheghot muntahal jumu’. Sedangkan apabila huruf yang ke empat berupa huruf illat maka di ganti dengan ya’ sebagaimana keterangan yang telah lalu. Contoh: مُدحرجٌ دُحَيْرِجٌ .
- Apabila terdiri dari empat huruf asli dan dua huruf tambahan atau lebih maka ada empat bentuk yaitu membuang huruf zaidah berikut lebih utama dari pada membuang huruf tambahan yang lain.Contoh:
- مُفَرِّحٌ مُفَيْرِحٌ ( م lebih utama ditetapkan)
- اِسْتِخْرَاجٌ تُخَيْرِجٌ ( ت lebih utama ditetapkan)
kalimat isim yangkemasukan dua huruf tamabahan yang tidak ada
keutamaan di anatara salah satunya untuk ditetapkan (tidak dibuang) maka
buanglah salah satunya yang kamu inginkan.
Contoh:
عَلَنْدَى عُلَيْنِدُ atau عُلَيْدَى
Karena nun dan alif maqshuroh itu ditambahkan hanya
untuk di samakan dengan wazannya lafadh سَفَرْجَلُ dan tidak ada keutamaan salah satunya untuk
ditetapkan.
- Tashghir-tashghir yang langka.[10]
- Keterangan berikut adalah keterangan yang tidak mengikuti ketetapan tashghir sebagaimana dijelaskan di atas. Maka tashghir dibawah ini adalah tashghir yang berhukum jarang. Yang mana lafadh yang dijaga tidak disamakan dengan ketentuan yang telah lalu seperti pentasghiran lafadh:عِشَاْءٌ عُشَيَانٌعَشِيَّةُ عُشَيْشِيَةٌعَشِيًّا عُشَيْشَانُلَيْلَةٌ لُيَيْلِيَةٌ
- Dan ulama’ ada yang mentashghir lafadh لَيْلَةٌ menjadi لُيَيْلَةٌ yang disamakan dengan ketentuan yang lalu.
- Kemudian pentashghiran lafadh اِنْسَنٌ menjadi اُنَيْسِيَانٌ sedangkan orang arab bersepakat bahwapentashghiran lafadh ini sama dengan ketetapan awal.
- Lafadh بَنينَ menjadi اُبَيْنينَ, tidak ada pendapat lain mengenai pentashghiran ini.
- Lafadh رَجُلٌ apabila di qiaskan pada ketetapan awal menjadi رُجَيْل dan jika tidak diqiaskan menjadi رُوَيجلٌ. Karena dikembalikan pada راجل yang merupakan asal kata sebagaimana lisan orang arab.
[1]KH.
Adul Djlil, Alfiyah ibnu Malik, hlm.84
[2]Harun
Abdur Rozaq, ‘Unwaanu Adh-Dhorfi,(Surabaya: Al-Hidayah), hlm.74
[3]
Musthofa Al-gholayain,Jamii’ud Durus, (Libanon: Darul bayan, 2008),
hlm.243
[4]Ibid.hlm.
243
[5]Ibid.
[6]Ibid.
[7]
Harun Abdur Rozaq, ‘Unwaanu Adh-Dhorfi,(Surabaya: Al-Hidayah), hlm.75
[8]KH.
Adul Djlil, Alfiyah ibnu Malik.
[9]
Musthofa Al-gholayain,Jamii’ud Durus, (Libanon: Darul bayan, 2008), hlm.
244
[10]Ibid.
hlm. 251
Tidak ada komentar:
Posting Komentar